BELAJAR FOREX | 3 Mata Uang Yang "Dikalahkan" Dollar

BELAJAR FOREX | 3 Mata Uang Yang "Dikalahkan" Dollar

BELAJAR FOREX

Penutupan tahun 2015, sepertinya memberikan angin segar bagi Perekonomian Amerika Serikat, karena keseluruhan ekonomi yang membaik ditambah keputusan bank sentral AS, the Federal Reserve menaikkan suku bunga di penghujung 2015, membuat dolar semakin kuat.

SEKOLAH TRADING BANDA ACEH

Sepanjang 2015 kemarin, dolar menguat terhadap sejumlah mata uang. Bukan hanya terhadap rupiah dolar menunjukkan keperkasaannya, tapi juga pada valuta asing lainnya. Bahkan, runtuhnya rupiah bukan salah satu yang terburuk dalam 5 besar mata uang asing yang hancur di mata dolar.
Ada 5 mata uang asing yang paling runtuh terhadap dolar amerika seperti dilansir dari CNN Money
Jumat (1/1/2016). 

Berikut daftarnya.
1. Peso - Argentina
Argentina terus melemah terhadap dolar. Pelemahan mata uang Negeri Tango ini mencapai 34,6 persen terhadap dolar, membuat peso menjadi mata uang paling lemah terhadap dolar.
Pemerintah Argentina baru mencabut pasak peso terhadap dolar, membuat mata uang itu mengambang bebas. Meski peso runtuh, pemerintah berharap itu bisa mendorong investasi asing lebih banyak masuk.

2. Real - Brazil
Mata uang ini juga anjlok melawan dolar. Tak berbeda jauh dengan Argentina, mata uang negeri Samba melemah 32,9 persen terhadap dolar di tahun ini. Brazil menggantungkan ekonominya pada ekspor bahan pertanian dan bahan mentah seperti minyak, kopi, gula dan daging. Kala harga komoditi melemah, ekonomi Brazil amat terpukul.
Tak hanya itu, praktik korupsi juga terjadi di Brazil. Sebuah skandal yang melibatkan perusahaan minyak raksasa Brazil, Petrobras menyebar ke level politik dan bisnis, mengguncang negara hingga ke akarnya.

3. Lira - Turki
Lira Turki kehilangan 20 persen terhadap dolar sepanjang 2015. Ekonominya menderita kombinasi antara ketidakpastian politik dan situasi keamanan yang memburuk di negara tetangga Suriah.
Turki juga di antara negara-negara yang terpukul oleh keputusan Federal Reserve untuk menaikkan suku, karena bisa mendongkrak biaya pembayaran hutang eksternal yang besar.
IMF memperkirakan Turki tumbuh 3,6 persen pada tahun 2016, jauh di bawah pertumbuhan 9 persen ipada tahun 2010 dan 2011