BELAJAR FOREX
Jepang adalah negara yang paling sulit keluar dari bayang bayang deflasi, karena lebih dari 1 dekade, negara ini pernah mempunyai laju tingkat inflasi dibawah 0%. Sehingga PM Shinzo Abe dan Gubenur Bank of Japan Haruhiko Kuroda harus merubah kebijakan fiscal dan kebijakan moneternya dalam 7 tahun terakhir.
Kebijakan meneter Bank of Japan sampai saat ini masih dalam fase program stimulus qualitative quantitative easing (QQE) dengan nilai 80 triliun yen setiap bulannya. QQE oleh Bank of Japan sejak bulan april 2013 sampai hari ini, belum dapat menaikan laju tingkat inflasi secara signifikan, walaupun terdapat kenaikan data CPI dari 0,7 menjadi 0,8 dan tentunya membuat kenaikan inflasi negara sakura tersebut dari 0,2% menjadi 0,5%.
Jika dilihat secara umum maka data ekonomi Japan cukup baik saat ini tetapi semua ini tidak akan cukup untuk merubah kebijakan moneter nya lewat rapat BOJ pada tanggal 25 april mendatang. Keuangan yang mulai membaik di negeri sakura ini ditandai oleh pemotongan pembelian Japan Government Bond senilai 20 milliar yen dan rencana menteri keuangannya untuk menaikan pajak penjualan dari 8% menjadi 10%.
Kenaikan pajak ini merupakan kebijakan fiscal dari pemerintah jepang yang sangat kontrovesial ditengah kebijakan fiscal negara lain seperti amerika yang menurunkan pajak agar ekonomi negara membaik. Dua kebijakan moneter dan fiscal ini yang merupakan hambatan pair USDJPY untuk melanjutkan kenaikannya, tetapi dengan menguatnya mata uang US Dollar akhir akhir ini maka USDJPY akan dapat kembali naik ke level 112.69 bahkan ke level 113.29 dengan alternative koreksi ke level 111.69.
Banyaknya bank yang libur didunia karena hari paskah, kemungkinan membuat mata uang ini akan kembali sideway seperti beberapa waktu lalu.
USD/JPY Timeframe Weekly
Jepang adalah negara yang paling sulit keluar dari bayang bayang deflasi, karena lebih dari 1 dekade, negara ini pernah mempunyai laju tingkat inflasi dibawah 0%. Sehingga PM Shinzo Abe dan Gubenur Bank of Japan Haruhiko Kuroda harus merubah kebijakan fiscal dan kebijakan moneternya dalam 7 tahun terakhir.
Kebijakan meneter Bank of Japan sampai saat ini masih dalam fase program stimulus qualitative quantitative easing (QQE) dengan nilai 80 triliun yen setiap bulannya. QQE oleh Bank of Japan sejak bulan april 2013 sampai hari ini, belum dapat menaikan laju tingkat inflasi secara signifikan, walaupun terdapat kenaikan data CPI dari 0,7 menjadi 0,8 dan tentunya membuat kenaikan inflasi negara sakura tersebut dari 0,2% menjadi 0,5%.
Jika dilihat secara umum maka data ekonomi Japan cukup baik saat ini tetapi semua ini tidak akan cukup untuk merubah kebijakan moneter nya lewat rapat BOJ pada tanggal 25 april mendatang. Keuangan yang mulai membaik di negeri sakura ini ditandai oleh pemotongan pembelian Japan Government Bond senilai 20 milliar yen dan rencana menteri keuangannya untuk menaikan pajak penjualan dari 8% menjadi 10%.
Kenaikan pajak ini merupakan kebijakan fiscal dari pemerintah jepang yang sangat kontrovesial ditengah kebijakan fiscal negara lain seperti amerika yang menurunkan pajak agar ekonomi negara membaik. Dua kebijakan moneter dan fiscal ini yang merupakan hambatan pair USDJPY untuk melanjutkan kenaikannya, tetapi dengan menguatnya mata uang US Dollar akhir akhir ini maka USDJPY akan dapat kembali naik ke level 112.69 bahkan ke level 113.29 dengan alternative koreksi ke level 111.69.
Banyaknya bank yang libur didunia karena hari paskah, kemungkinan membuat mata uang ini akan kembali sideway seperti beberapa waktu lalu.
USD/JPY Timeframe Weekly