Perang Hamas Vs Israel Mempengaruhi Harga Dollar

Perang Hamas Vs Israel Mempengaruhi Harga Dollar

Belajar Trading Forex Private - Perang Hamas Vs Israel


Perang dan konflik geopolitik bisa mempengaruhi harga dolar. Ketika terjadi ketidakstabilan politik atau konflik di suatu negara atau wilayah, investor sering mencari perlindungan dengan mengalihkan investasi mereka ke aset yang dianggap lebih aman, termasuk mata uang dolar Amerika Serikat (USD). Permintaan yang meningkat untuk dolar dapat meningkatkan nilainya terhadap mata uang lainnya.

Selain itu, kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah dalam menghadapi konflik juga bisa mempengaruhi nilai dolar. Misalnya, kebijakan suku bunga yang lebih tinggi untuk menarik investor ke dalam pasar keuangan AS dapat meningkatkan permintaan terhadap dolar.

Konflik Israel dan Hamas kembali memanas, Sabtu lalu. Di tengah konflik tersebut, nilai tukar dolar AS yang merupakan aset safe-haven terus menguat. Menurut data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS yang dirilis pada Jumat lalu, posisi net long dolar AS kini telah berada di level tertinggi dalam satu tahun terakhir. Terakhir pada 6 Oktober tercatat posisi net long dolar AS berada di angka US$ 10,55 miliar.Sementara, dikutip dari data RTI, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menyentuh angka Rp 15.684 pada Senin. Angka ini sebenarnya masih stabil di penutupan perdagangan.

Namun jika dihitung-hitung angka ini terbilang cukup tinggi. Pasalnya dolar AS hanya menguat di level Rp 15. 500 dalam beberapa bulan terakhir di 2023 ini. Tentu ini berdampak pada lemahnya nilai tukar rupiah ke dolar AS. Tak hanya rupiah, mata uang Shekel Israel juga turut melemah dari 3,1% menjadi 3,9550 per dolar AS. Hal ini terjadi usai Bank Israel mengumumkan akan menjual puluhan miliar uang asing miliknya ke pasar terbuka untuk menjaga stabilitas.