Shutdown Amerika Dinyatakan Selesai, Tapi USD Diguncang Ketakutan Baru dari The Fed

Shutdown Amerika Dinyatakan Selesai, Tapi USD Diguncang Ketakutan Baru dari The Fed

Shutdown Amerika Dinyatakan Selesai, Tapi USD Diguncang Ketakutan Baru dari The Fed. 

Pergerakan pasar keuangan Indonesia kompak melemah pada perdagangan kemarin. Baik bursa saham maupun nilai tukar rupiah turut terkoreksi, meskipun penutupan sementara pemerintahan Amerika Serikat (AS) telah berakhir.

Hari ini, volatilitas pasar domestik diperkirakan masih cukup tinggi. Proyeksi sentimen harian dapat disimak lebih lengkap di halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali kehilangan momentum pada penutupan perdagangan Kamis (13/11/2025), berakhir di level 8.372 atau turun 0,2%.

Sebanyak 314 saham berhasil menguat, sementara 345 lainnya melemah dan 154 stagnan.

Total nilai transaksi mencapai Rp 25,5 triliun dengan volume 62,4 miliar saham yang diperdagangkan dalam 2,73 juta transaksi. Kapitalisasi pasar ikut turun menjadi Rp 15.311 triliun.

Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 2,91 triliun di seluruh pasar.

Berdasarkan data Refinitiv, sektor kesehatan menjadi primadona dengan lonjakan 4,68%. Kenaikan ini sejalan dengan reli saham Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) yang meroket 12,77% ke level 13.250.

Di sisi lain, saham yang paling banyak diminati investor adalah Bumi Resources (BUMI). Emiten ini menjadi penopang terbesar IHSG dengan kontribusi 9,74 poin. Hingga penutupan, BUMI melesat 16,67% ke level 224.

Berpindah ke pasar valuta asing, rupiah ditutup melemah dan kembali menembus level psikologisnya terhadap dolar AS, meskipun pemerintahan AS telah mengakhiri masa shutdown.

Mengacu data Refinitiv, pada Kamis (13/11/2025) rupiah melemah 0,15% ke level Rp16.730/US$, mematahkan level psikologis Rp16.700/US$. Level ini juga menjadi penutupan terlemah sejak 26 September 2025.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB justru turun 0,12% ke posisi 99,353.

Pelemahan rupiah terjadi meskipun dolar AS sendiri sedang mengalami koreksi.
Merosotnya indeks dolar dipicu berakhirnya government shutdown selama 43 hari di AS, yang menurunkan ketidakpastian fiskal dan membuat investor kembali melirik aset berisiko. Meski demikian, momentum ini belum cukup untuk mengangkat nilai tukar rupiah yang masih tertekan.

Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) turun menjadi 6,11% dari 6,15% pada perdagangan sebelumnya. Penurunan yield ini menunjukkan harga SBN tengah naik karena meningkatnya minat investor.